Rabu, 27 Oktober 2010

We know nothing “ atau “ We know all things” ????

We know nothing, jika kita terjemahkan dalam bahasa indonesia artinya “Kita tidak tahu apa-apa”. Apa yang akan anda lakukan jika tidak mengetahui sesuatu yang ingin anda ketahui ? .
Jelas anda akan mencari tahu tentang sesuatu tersebut  bukan? . Berbeda lagi jika kita sudah merasa “We know all things” yang berarti “kita tahu semuanya”.  Jika kita sudah merasa mengetahui semuanya, kita tidak akan mencari tahu tentang suatu apapun. Kita tidak akan pernah mau belajar hal-hal yang baru, kita tidak akan pernah bertanya kepada siapapun, Tidak ada kemauan lagi untuk menggali ilmu-ilmu baru yang jumlahnya tak terbatas didunia ini.
Kembali lagi jika kita masih merasa We Know Nothing. Kita akan selalu mecari tahu tentang hal-hal yang baru, kita akan terus dan terus belajar mengenai hal-hal  yang baru, kita akan banyak bertanya kepada orang lain, kita akan mempunyai motivasi tinggi untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya.
Nah, Anda tidak mengetahui apapun atau anda sudah merasa mengetahui semuanya ?
Saya sendiri masih merasa tidak mengetahui apapun dan masih terus mencari tahu tentang sesuatu, hal-hal baru, dan menggali ilmu sebanyak-banyaknya yang jumlahnya tak terhingga didunia ini.
“Better know nothing than half-know many things”
Maksud dari ungkapan diatas adalah lebih baik tidak tahu apa-apa dari pada setengah tahu banyak hal. Dengan tidak tahu apa-apa, maka kita akan bergerak untuk mencari tahu. Kita akan bergerak untuk menggali informasi tentang sesuatu yang ingin kita ketahui. Kita akan berusaha untuk memperdalam pengetahuan tentang sesuatu tersebut. Setelah kita cukup tahu, maka kita akan mengekspresikan atau menindak lanjuti pengetahuan kita tersebut didalam kehidupan sehari-hari.
Berebeda jika “We half-know many things”, kita tahu banyak hal, namun hanya setengah-setengah atau tidak sepenuhnya tahu. Kita hanya sekedar tahu, namun tidak melakukan tindakan atas pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki.
Apalah gunanya pengetahuan tetapi kita tidak melakukan tindakan apapun. Ilustrasinya seperti berikut. Di lingkungan kampus, pihak pengelola kampus sudah memasang peringatan untuk tidak merokok di area kampus, peringatan tersebut sudah terpampang jelas dan tentunya semua mahasiswa tahu mengenai peringatan tersebut. Namun didalam  kenyataanya masih banyak mahasiswa yang tetap saja merokok di area kampus.
Nah, hal ini berarti mahasiswa sebenarnya tahu bahwa mereka dilarang merokok diarea kampus. Tetapi mahasiswa tersebut tidak sepenuhnya tahu mengapa pihak pengelola melarang mereka merokok diarea kampus. Yang mereka tahu hanyalah larangan, tanpa mereka ketahui mengapa larangan tersebut diberlakukan. Mahasiswa tidak mau tahu akibat-akibat yang ditimbulkan dari perbuatan merokok tadi. Mereka tidak mau tahu bahwa dengan merokok, dapat membahayakan orang lain, merugikan orang lain,menyusahkan orang lain. Perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif. Hal ini yang  saya maksud dengan membahayakan orang lain, dengan perbuatan merokok berati kita membahayakan kesehatan orang lain, membahayakan jiwa orang lain dan tentunya merugikan orang lain karena mereka membayar biaya kesehatan akibat perbuatan kita. Setelah merokok, biasanya mahasiswa mematikan rokoknya dengan menempelkan dilantai dan meninggalkan bekas atau noda pada lantai. Cleaning service akan kesulitan untuk membersihakan noda tadi yang berarti anda menyusahkan orang lain bukan ? .
Bagaimana mencari tahu tentang sesuatu yang ingin anda ketahui tersebut ?
Banyak hal yang akan kita lakukan jika kita masih merasa tidak mengetahui apapun.
Pertama, kita akan mencari tahu sesuatu yang ingin diketahui, bagaimana mencari tahu sesuatu yang yang ingin kita ketahui ?
Membaca !
Membaca buku, koran, majalah atau dari media yang lain, akan melatih otak kita untuk memusatkan pikiran. Otak kita diajak untuk memperhatikan kata demi kata yang ada pada teks tersebut. Karena kalau kita kehilangan bebeapa kata saja, bisa jadi kita tidak akan bisa menangkap keseluruhan maksud dari kalimat yang ada. Kalimat-kalimat yang menarik akan merangsang saraf otak kita untuk bekerja dan mengamati hal menarik tersebut.
Ada penelitian yang membuktikan bahwa membaca buku bisa mencegah kita dari penyakit pikun. Mungkin karena kita selalu diajak berpikir ketika kita membaca, sehingga otak kita bisa tetap aktif.
Berikut beberapa manfaat dari membaca yang dijelaskan oleh DR. Aidh bin Abdullah al-Qarni, MA, sumber : ”Don’t be Sad” :
  1. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan,
  2. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja,
  3. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata,
  4. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir,
  5. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan mengingkatkan memori dalam pemahaman,
  6. Dengan sering membaca seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para sarjana,
  7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya di dalam hidup,
  8. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku yang bermanfaat, terutama buku-buku yang ditulis oleh penuli-penulis muslim yang saleh. buku itu adalah penyampai ceramah terbaik dan ia mempunyai pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan menjauhkannya dari kejahatan,
  9. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya gara tidak sia-sia, dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat,
  10. Lebih lanjut lagi, ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis di antara baris demi baris (memahami apa yang tersirat).
Memabaca juga ada tekniknya sehingga kita tidak lupa dengan apa yang kita baca.
Mengapa membaca suka lupa ?
Kita memiliki keterbatasan dalam penerimaan memori. Ada bagian yang membuat kita bisa melupakan hal yang telah kita baca, Kita lihat atau kita alami.
Karena proses membaca, kita bahas dari mata saja ya.
Informasi berjalan seperti ini:
Informasi dari visual –> disimpan di dalam pusat memori (hipokampus) –> masuk ke short term memory –> long term memory
Prosesnya jika kita membaca biasa, umumnya mereka hanya mendapatkan 50% perngertian itu. Setelah 48 jam ditampung dalam hipokampus, ternyata hanya tinggal 10% saja yang diteruskan ke memori jangka panjang.
dengan usaha yang begitu besar, kita ternyata hanya memahami 5% dari buku yang kita baca.
Sedangkan inti dari buku adalah 4 – 11%. Pertanyaannya apakah 5% itu termasuk ke dalam 4 – 11% ini?
Jika termasuk, maka Anda tanpa melihat buku pun bisa menceritakan pengertian Anda dari buku yang Anda baca.
Namun kebanyakan bukan itu yang kita dapatkan. Dan kita tidak bisa menjelaskan apa yang ada dalam buku itu. Apa yang kita dapatkan sesuai dengan tujuan kita membaca buku.
Untuk mendapatkannya, kita perlu meningkatkan keaktifan dalam membaca.
Bacakilat dengan serangkaian teknik membaca yang aktif, membantu Anda memasukkan informasi ke dalam memori jangka panjang. Dengan semua informasi berada dalam memori jangka panjang ini, Anda akan dengan mudah memancing informasi ini keluar.
Anda mendapatkan informasi 4 – 11% dari inti buku dengan mudah dan mendapatkan tujuan yang Anda inginkan.
Bagaimana memaksimalkan cara biasa dalam membaca?
Anda perlu memberikan gambaran besar kepada diri Anda. Apa yang ada dalam buku ini dan apa yang ingin Anda dapatkan dari membaca buku ini.
dengan dua hal ini dilakukan, maka keefektifan dalam membaca akan jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
Cara meningkatkan minat baca :
Yaitu dengan cara membangun motivasi membaca (motivation to read) terlebih dahulu. Motivasi internal atau motivasi yang berasal dari dalam diri kita sendiri lebih utama. Kita juga bisa membaca riwayat hidup biografi tokoh-tokoh nasional dan internasional untuk memotivasi diri kita. Coba simak aktivitas intelektual yang mereka lakukan. Hampir semua tokoh menyukai aktivitas membaca dan seakan-akan tak bisa hidup tanpa membaca.
Setelah kita benar-benar termotivasi, maka kita perlu membuat target membaca. Buku apa yang harus dibaca hari ini? Berapa buku yang harus dibaca dalam rentang waktu seminggu? Target membaca yang kita buat dengan sendirinya akan memantapkan motivasi kita. Dengan menetapkan target membaca, maka kita berusaha membentuk kebiasaan membaca. Harus ada komitmen kuat dalam diri kita untuk mematuhi target membaca yang telah kita canangkan. Kita juga bisa menyuruh orang tua kita untuk mengontrol aktivitas membaca kita.
Membaca adalah perilaku positif. Perilaku yang harus diawali dengan pembiasaan sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian kita. Ketika aktivitas membaca sudah menjadi kebiasaan, maka aktivitas membaca pun terus kita lakukan tanpa harus dipaksa dan diminta oleh guru atau tuntutan ujian sekolah.
Membaca tidak harus berupa buku. Banyak bahan bacaan yang bisa kita baca, misalnya surat kabar, internet pun juga bisa menjadi sumber bacaan.
Membaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang  berguna bagi kehidupan kita semua. Seperti fisik yang perlu diberi makanan, demikian juga dengan otak kita. Membaca merupakan makanan terbaik bagi otak kita.
Ada ungkapan, jika kita bertemu dengan seorang teman yang berpisah lama, biasanya perubahan yang terjadi terhadap orang tersebut disebabkan oleh 3 faktor. Pertama, pengalaman hidup yang dilaluinya; kedua, lingkungan sekitarnya; dan terakhir, buku-buku yang dibacanya.
Melalui buku kita dapat menambah pengetahuan tentang suatu bidang ilmu. Melalui buku kita bisa menjelajahi dunia, termasuk tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi. Melalui buku kita bahkan bisa ‘mengenal’ orang-orang ternama, walaupun kita mungkin belum pernah berjumpa sebelumnya, dan belajar dari pengalaman hidup mereka. Melalui buku kita juga bisa mengetahui banyak hal yang sebelumnya menjadi ‘rahasia’. Dan melalui buku kita bisa lebih mengerti hidup ini.
Selain manfaat-manfaat di atas, pembicara ternama, Jim Rohn, bahkan mengatakan bahwa kita dapat menjadi pakar dalam suatu bidang jika kita hanya mau menginvestasikan waktu 1 jam setiap hari selama 5 tahun untuk mempelajari buku-buku mengenai bidang tersebut. Mari kita berhitung sejenak. Setahun 360 hari kerja dikali5 tahun sama dengan 1.800 jam. Siapa pun yang belajar suatu bidang ilmu selama 1.800 jam tentunya sudah pasti menguasainya secara mendalam.
Membaca juga menaikkan kualitas hidup kita ke tingkat lebih tinggi. Membaca menyebabkan terjadinya perubahan cara berpikir, yang tentunya diikuti dengan perubahan kualitas hidup, baik segi fisik, keuangan, karir, mental, sosial, dan bahkan spiritual.
Kita dapat memulai kebiasaan membaca dengan cara membuat komitmen untuk membaca sebuah buku setiap minggu. Dalam setahun ada 52 buku, berarti telah terjadi kemajuan sebesar 52 buku dalam hidup. Bayangkan perubahan positif yang terjadi terhadap hidup kita dengan penambahan pengetahuan dan wawasan 52 buku.
Ada sebuah fakta menarik tentang para pemimpin besar. Mereka semuanya memiliki kesamaan dalam satu hal: kebiasaan membaca secara teratur. Benjamin Franklin, Soekarno, Gandhi, Bill Gates, Barack Obama, Oprah Winfrey, dan Susilo Bambang Yudhoyono merupakan segelintir contoh para pemimpin yang meluangkan waktu di antara kesibukan sehari-hari untuk memberi makanan bagi pikirannya melalui buku-buku bagus. Dan konon katanya Bill Clinton membaca lebih kurang 300 buku selama kuliah hukum di University College, Oxford.
Pendiri Kyocera Group, seorang filantropis, dan pengarang buku favorit saya A Passion for Succes, Kazuo Inamori, mengatakan dalam bukunya: Your own experiences and those of others that you acquire through reading can provide a spiritual framework to succeed in life. Ternyata, selain pengalaman hidup kita, buku merupakan faktor sangat penting lain dalam membawa keberhasilan dalam hidup.
“The more I read, the more I meditate; and the more I acquire, the more I am enabled to affirm that I know nothing” . “Semakin banyak saya membaca, semakin banyak saya bermeditasi; dan semakin banyak yang saya dapatkan, semakin menegaskan bahawa saya tidak tahu apa-apa”
Mengapa membaca itu penting ?
Karena :
1. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
2. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan.
3. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja.
4. Dengan sering membaca, orang bisa mengembangakan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.
5. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.
6. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.
7. Dengan membaca, orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana.
8. Dengan sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya; baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup.
9.Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.
10. Dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat; lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat).
Selain membaca, Apa lagi hal yang harus kita lakukan untuk mengetahui sesuatu yang ingin kita ketahui ?
Bertanya !
Bertanya adalah contoh kritis atau tidaknya seseorang menghadapi masalahnya, dengan bertanya akan banyak sekali manfaat yang bisa di terima dan jawabannyapun akan menghasilkan solusi dari apa yang ingin diketahui, dengan pertanyaan seperti apa, dimana, siapa, berapa, bagaimana dan kenapa akan merangsang daya pikir seseorang untuk berkembang dan itulah namanya kecerdasan. Karena perbedaan tipis antara orang yang malas ( saya tidakmengatakan bodoh karena tidak ada satupun manusia yang bodoh atau tolol hanya saja malas ) dan pintar, dari seringnya bertanya, baik melalui diri sendiri, orang lain atau media yang lain seperti buku dan internet maka semakin banyak pengetahuan dan semakin cerdaslah manusia.
Tetapi terkadang saya sangat miris dengan pendidkan zaman sekarang yang mulai SD sampai Kuliah, ada kecenderungan dari anak-anak untuk diam seribu malu, jika sang dosen atau guru menawarkan kepada mereka ; Siapa yang mau bertanya? semuanya diam ….kalaupun ada yang mau bertanya masih lirik kanan dan kiri yang akhirnya tidak jadi bahkan ada yang di ancam oleh teman-temannya dan akhirnya takut untuk bersuara, waw that its riddicouluos !!, kalau sudah seperti itu bagaimana masyarakat kita bisa pintar dan cerdas.
Jadi tugas kita semua tidaklah ringan untuk membentuk sifat terhadap apa saja dan kapan saja..kita tidak boleh menyerah pada masalah krusial seperti ini, pasti ada solusinya; seperti memberi nilai tinggi bagi yang sering bertanya, pendekatan secara pribadi bagi mereka yang pintar tapi agak minder atau dengan lomba-lomba cerdas cermat, karena dengan aktifnya anak-anak bertanya akan memberikan stimulan terhadap pelajaran dan secara otomatis meningkatkan kecerdasan dan wawasan mereka.
Karena itu sangat benar sekali pepatah tua mengatakan ” Malu bertanya sesat di Jalan ” , Selama kita tidak brusaha cari tau dan bertanya maka yang terjadi adalah kita Malas dan tersesat. kalau sudah tersesat siapa yang mau menolong ? ya diri kita sendiri, jadi BERANI lah bertanya apapun itu, walaupun terjawab atau tidak terjawab,susah ataupun mudah, logis atau tidak logis dihina dan dimaki karena membuat pertanyaan konyol, jangan perdulikan, teruslah mencari JAWABAN..dan dengan jawaban itu kita mencari apa yang kita inginkan untul lebih baik di masa depan
Dalam bertanya, kitapun harus belajar.
Mengapa bertanya perlu dipelajari ?
Karena,
Pertama kita harus mengetahui apa yang ingin ditanyakan, dalam hal ini kita harus mengetahui persoalan atau permasalahannya. Ternyata, bagi beberapa orang mengalami kesukaran dalam bertanya. Mereka biasanya ingin menanyakan sesuatu tetapi tidak dapat mengungkapkan pertanyaanya. Seperti yang terjadi pada siswa maupun  mahasiswa. Pada saat guru menerangkan pelajaran, sebagian dari siswa maupun mahasiwa ada yang kurang memahami apa yang diterangkan oleh guru atau dosen. Pada saat dosen menanyakan kepada mahasiswa, “Ada yang ditanyakan dari penjelasan tadi ?” kebanyakan mahasiswa diam seribu bahasa padahal mereka kurang begitu paham tentang apa yang dijelaskan dosenya tadi. Nah, hal itu dikarenakan kurangnya kreatifitas untuk membuat suatu pertnayaan atau Karena malu dan juga kurangnya rasa percaya diri.
Ternyata, bagi sebagian orang mengalami kesukaran untuk menstrukturkan kalimat pertanyaan.
Kultur bertanya ?
Di Indonesia, bertanya sering dianggap sebagai aib(memalukan), karena tidak tahu. Contoh saja disekolah. Ketika ada salah satu  murid yang bertanya, kadang ada teman yang lain menertawakan. Memang, semakin banyak kita bertanya maka semakin terlihat kebodohan atau lebih tepatnya ketidaktahuan kita.
Orang Indonesia, terlalu banyak pengantar ketika bertanya.
Nah, bertanya saja butuh belajar. Berarti banyak sekali hal-hal yang belum kita ketahui didunia ini.
“This I know – that I know nothing.”
Mencari Pengetahuan  !
“True knowledge exists in knowing that you know nothing”
“Pengetahuan sejati adalah mengetahui bahwa anda tidak tahu apa-apa”
Banyak cara dalam mencari pengetahuan. Membaca buku, menonoton acara televisi, dan masih banyak lagi. Apalagi sekarang ini. Mudah sekali mencari pengetahuan di Internet atau istilahnya mencari pengetahuan di dunia maya. Pengetahuan tersebut ada positif dan negatifnya. Tergantung dari kita sendiri dalam menyikapinya. Ada berbagai macam search engine yang dapat digunakan seperti Google, Yahoo, Bing dll. Dengan bantuan search engine , kita dapat mengetahui banyak hal didunia ini. Tinggal mengetik saja apa yang ingin kita ketahui. Tentunya banyak referensi yang akan anda dapatkan. Dalam hal ini anda harus bisa memilah-milah informasi yang anda iniginkan.
Perkembangan pengetahuan telah mengubah peradaban manusia. Pengetahuan mendorong manusia untuk mencari dan menemukan banyak hal-hal besar dalam sejarah. Mulai dengan James Watt menemukan mesin uap sampai saat ini, penemuan terus berlanjut. Sampai saat ini pengembangan nano chip untuk computer, mungkin setiap hari ada penemuan baru di Silicon Valley sana.
Perkembangan pengetahuan memberikan dampak yang positif dalam hal memudahkan serta memberi kualitas dalam kehidupan manusia. Tetapi kita juga tidak boleh tutup mata bagaimana pengetahuan ini juga sering mengarah ke hal-hal yang negative dan bukan untuk kebaikan manusia tetapi mengeksploitasi manusia bahkan membawa kematian bagi manusia .
Benarkah bangsa Indonesia itu bodoh dan tertinggal dalam berbagai bidang jika
dikomparatipkan dengan negara-negara tetangga atau negara lain yang
mempunyai latar belakang berbeda, budaya berbeda, pengalaman berbeda,
agama dan keyakinan berbeda, ideologi berbeda, kalau dalam penomena
sekarang berbeda Ipoleksosbudhankam agama .
Saya tidak sependapat dengan pemikiran itu, justru bangsa Indonesia itu pada
cerdas, pandai, cerdik, gigih dalam berjuang, namun disisi lain mempunyai
budaya tidak rela bila menonjolkan keakuan-nya sebab, apalagi bangsa
Indonesia mayoritas beragama Islam yang meyakini betul bahwa ana heru
minhu adalah sifat dari setan.
Sebenarnya manusia didunia ini tidak ada yang bodoh, tidak ada yang hebat, hal
ini seperti Wallhohi ahrojakum min butuni ummahatikum la ta lamuna saia
sesungguhnya manusia dilahirkan oleh ibunya tidak tau apa-apa. Lan tas siapa
yang memberi tahu, sudah barang tentu lingkungan sekitar memberikan
rangsangan untuk belajar.
pendapat dari Prof.Prahalad,
If you do not learn, you do not change, If you do not change, you die .
Dengan demikian manusia itu bisa berubah dari bodoh menjadi pandai, darilambat menjadi cerdik ternyata dari belajar. Hanya perlu kita sadari bahwaperubahan itu bisa terjadi dipengaruhi pula oleh Mental Models yang ada padadirinya masing-masing, sehingga pengetahuannya ada yang sudah lebih dulu memperoleh, ada yang belakangan dan mungkin juga ada yang tidak mau mencari tahu, sehingga seolah-olah terbelakang. Yang pada akhirnya tidak berani mengemukakan ide atau gagasan, walaupun dalam dirinya mempunyai
setumpuk pengalaman, yang mungkin orang lain tidak mempunyai pengalaman
itu.
Karena mental models sangat berbeda maka harus ada upaya menyamakan persepsi sehingga bisa berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, sudah barang tentu harus ada kemampuan merefleksikan apa yang dipikirkan oleh orang lain juga harus mampu mengasumsikan apa yang dipikirkan orang lain. Disinilah mental models akan berubah manakala ada keseimbangan antara inqueri dengan advocasi. Bila tidak maka ide atau gagasan
itu tidak akan tertuang dan tidak akan bisa dimunculkan, apalagi bila dalam sebuah komunitas terdapat kebiasaan memperolok-olokan orang lain, sudah dipastikan ide atau gagasan itu akan tertimbun dalam-dalam di otak seseorang.
Ide atau gagasan yang dimunculkan ke permukaan akan bisa diperbaiki dan dilengkapi oleh orang lain, sehingga dikemudian hari bisa diaplikasikan dan diimplementasikan dengan baik. Sesungguhnya Allah maha besar dan maha murah telah membentuk otak manusia dalam dua bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan, kedua otak ini harus sama sama terlatih secara seimbang supaya mampu mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, dan mampu mengungkapkan
perasaannya, sehingga ada kesamaan apa yang dikatakan dengan apa yang dipikir atau dirasa dalam hati qul haqqu walaukana muron katakan yang benar itu benar adanya walaupun terasanya pahit. Namun ada cara atau method mengungkapkan kebenaran itu dengan seni Ud u ila sabili robbika allah bil hikmah wal maoidoti hasanah wajadil hum billati hia akhsan ajaklah oleh mu kejalan Allah dengan cara yang baik supaya menjadi petunjuk dan menjadi
kebaikan.
Setiap orang mengungkapkan ide atau gagasan atau melakukan sesuatu juga dipengaruhi oleh paradigma yang ada pada dirinya karena menurut Prof. Dr.Mustopadidjaja,MPIA Paradigma sebagai teori dasar atau cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsepsi, asumsi metodologi atau cara pendekatan yang dapat digunakan para teoritisi dan praktisi dalam menaggapi sesuatau permasalahan baik dalam kaitan
pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan manusia.
Dalam era global dimanaa terjadi borderless orang cenderung mengadopsi teori asing, teori dari barat kalau berbicara tidak mendasarkan pada teori barat seolah oleh tidak ilmiah, dan berfikir mundur. Padahal sebagai bangsa Indonesia harus bangga bahwa teori yang bisa digali dari lokal dan bisa menjadi daya ungkit dalam melakukan perbaikan cukup banyak, yang penting ada persepsi yang sama dalam menggunakan suatu teori. Sebaik apapun teori dihapal, apabila tidak mampu mengasumsikan dan merefleksikan dengan baik yang sesuai dengan lingkungan stratejik yang ada, maka terori itu tidak akan membumi.

Source :
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090311182348AA9Yzyf
http://www.andriewongso.com/artikel/artikel_anda/1356/Mengapa_Membaca/
http://artikel.sabda.org/node/721
http://agus-setiawan.com/mengapa-membaca-suka-lupa/
http://biung.student.umm.ac.id/category/manfaat-membaca/






ANJURAN MENCARI ILMU, BELAJAR DAN MENGAJARKANNYA SERTA KEUTAMAAN ILMU, ORANG ‘ALIM DAN ORANG YANG BELAJAR


Rosulullah Saw bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Dia akan memberikan kepahaman agama kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rosulullah Saw bersabda, “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata mutiara dan emas pada babi hutan.” (HR. Ibnu Majah dan lainnya)

Keterangan:

Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam, pria maupun wanita. Kewajibannya tidak terbatas pada masa remaja, tetapi sampai tua pun kewajiban mencari ilmu tidak pernah berhenti.

Dalam kitab “Ta’limul Muta’allim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut terlebih dahulu adalah “ilmu Haal” yaitu ilmu yang seketika itu pasti digunakan dan diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu Tauhid dan ilmu Fiqih. Di dalam ilmu Tauhid yang harus dipelajari dahulu mengenal ke-Esaan Allah serta sifat-sifat-Nya yang wajib dan muhal, kepercayaan kepada malaikat, kitab-kitab Allah, para Rosul, hari kiamat dan takdir dan buruk adalah dari Allah. Kemudian di dalam ilmu Fiqih yang harus dipelajari berkisar tentang Ubudiyyah dan Muamalah.

Apabila dua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainnya, misalnya ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi manusia.

Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum yang beraneka ragam macamnya.

Rosulullah Saw bersabda, “Terhadap orang yang mencari ilmu, malaikat membentangkan sayap-sayapnya untuknya karena rela terhadap apa yang dicari.” (HR. Ibnu Asakir)

Rosulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang kedatangan ajal, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada jarak antara dia dan antara para nabi kecuali satu derajat kenabian.” (HR. Thabrani)

Keterangan:

Mencari ilmu adalah amal yang mulia dan terpuji. Khususnya ilmu agama Islam. Sebab, dengan menekuni ilmu-ilmu agama, berarti dia telah merintis jalan untuk mencari ridho Allah. Dengan ilmu itu ia dapat menghindari larangan-larangan Allah dan menjalankan perintah-Nya. Karena itulah para malaikat selalu melindungi orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Dan kelak di hadapan Allah mereka mendapat kemuliaan yang hanya terpaut satu derajat dengan para nabi.

Rosulullah Saw bersabda, “Dunia itu dilaknat, dan dilaknat pula apa yang ada di dalamnya kecuali zikir (ingat) kepada Allah beserta apa-apa yang mengikutinya, orang ‘alim dan orang yang belajar.” (HR. Turmudzi)

Rosulullah Saw bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah orang Islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.” (HR. Ibnu Majah)


Keterangan:

Dunia beserta isinya dilaknat oleh Allah kecuali zikir kepada-Nya dan amalan-amalan yang bisa membuat orang ingat kepada-Nya, orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu. Lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Mengapa demikian ? Karena mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menanam amal yang muta’addi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain

Rosulullah Saw bersabda, “Ilmu itu lebih utama dari pada ibadah, sedang sebaik- baik agama adalah sifat waro’. ” (HR. Thabrani)

NAMA : DERIANSYAH
KELAS  : 1KA21
NPM   : 11110819
URL     :

Selasa, 19 Oktober 2010

BERAS NASI


“BERAS NASI”
Setiap hari kita memakan nasi,khususnya penduduk INDONESIA.nasi berawal dari padi,yang
mayoritas masyarakat Indonesia menanam padi,Sebelum padi di cocok tanamkan oleh masyarakat
setempat,benih padi dan tempat yang mau kita menanam padi harus kita olah terlebih dahulu,misalnya
menunggu benih yang kita tanam kan dalam fase yang subur dan bebas dari hama tumbuhan padi itu
sendiri.
Penanaman padi itu sendiri mayoritas banyak kita jumpai di daerah pedesa’an.sebut saja
contohnya di Desa Baru Pulau Sangkar.kab.kerinci.provinsi jambi.sebelum kita memasuki pedesa’an
tersebut kita sudah di suguhkan dengan tanaman Padi yang luas menghampar.disana masyarakat
setempat masih memakai pengolahan Padi secara tradisional.contoh:pemisahan padi dengan
jeraminya,dengan cara menghempaskan Padi yang belum terpisah dengan jerami ke potongan kayu
yang dipaku jarang-jarang.dan ada juga yang sudah mulai memakai alat bantu mesin dalam mengolah
tempat yang akan kita Tanami Padi.contoh:mesin untuk membajak.
Sebelum padi di panen kita harus memastikan bahwa padi memang sudah berisi dan sudah
mencapai masa pemanenan itu sendiri,yang berkisar sekitar 3-4 bulan.setelah di panen padi harus kita
panaskan terlebih dahulu,baik dengan bantuan cahaya ultraviolet/dengan mesin pemanasan.setelah
proses pemanasan selesai padi bisa kita olah menjadi beras.pada sekitar abad 17-18 padi diproses
dengan cara di tumbuk dengan kayu,pada zaman modern sekarang ini padi di giling dengan mesin
penggilingan padi.dan biasanya penduduk setempat menggiling hasil panen padinya dengan
langganannya untuk menggiling padi dan tarif nya berkisar 1kaleng beras/16kg beras ongkosnya di
ambil sekitar 1,4kg untuk penggilingan padi tersebut.
Setelah padi di olah menjadi beras,kita bisa memasak nasi dengan cara tertentu,contohnya 200 gr beras
300 gr air dan di bantu dengan alat pemanas.bisa dengan listrik dan kekuatan panas dari api.setelah
semua langkah-langkahnya terpenuhi baru menjadi nasi yang setiap hari kita konsumsi.dan banyak
sekali masyarakat yang berkecimpung dalam bisnis Beras dan Nasi.misal:warung nasi dan lain
sebagainya.dan nasi itu sendiri bisa lagi kita memberikan nilai lebih,dengan cara kita mengolah nasi itu
sendiri dengan menambahkan bumbu-bumbu dan rempah-rempah lainnya.conto:nasi goreng,nasi uduk
dan lain-lain.
Di Indonesia bisa kita simpulkan bahwa Beras merupakan patokan dari harga sembako.mengapa
demikian?coba kita lihat apabila Beras harganya naik maka harga sembako yang lainnya merangkak
naik,hal itu disebabkan Beras merupakan kebutuhan pokok.dalam hal ini pemerintah memberi peluang
bagi lapisan masyarakat bawah yang apabila Beras harganya naik aka nada namanya RASKIN dan
BULOG.
Dalam sudut pandang saya bahwa Beras merupakan salah satu makanan pokok yang di konsumsi oleh
masyarakat tertentu dengan terus menerus.karna di dalam kandungan Beras itu sendiri mengandung
yang baik bagi tubuh guna menjadi energi untuk aktifitas sehari-hari.dan Beras juga lebih baik di
konsumsi dari pada makanan lainnya,yang apabila kita bandingkan misalnya:sesuap Nasi = 1 piring mi
instan.
Sebagai seorang yang terkelilingi oleh para petani dan masyarakat ekonomi menengah ke
bawah mungkinlah kita bisa lebih menghargai sedikit hasil kerja keras saudara-saudara kita.Indonesia
import beras?,
Mengapa Indonesia sampai mengalami kekurangan beras?,
Dan Mengapa mahalnya harga beras yang beredar di kalangan masyarakat?
Beberapa pertanyaan lagi yang membuat pemikiran menerawang Negeri yang subur ini telah
mengalami sesuatu pemikiran yang berada jauh di luar prediksi para profesor-profesor hebat!.
Semua yang dengar berita bahkan sampai kepalapun geleng-geleng akan kasus ini, memang disatu sisi
kelangkaan beras yang dialami oleh masyarakat di beberapa daerah ini, bagaikan benang kusut yang
sulit untuk diurai.
Satu sisi memang semua komponen yang berkecimpung di dunia per-beras-an sudah berusaha
menunjukan kinerja yang maksimal, tapi yang dinilai oleh khalayak ini adalah sebuah realita atau
kenyataan yang terjadi.
Terpaut dari itu semua, sisi lain adalah dari cara kita menghargai beras itu sendiri yang setiap hari
dikonsumsi sebagai menu bahanan makan pokok oleh sebagian masyarakat.
Memang ini sudah menjadi polemik bersama, tetapi setidaknya sebelum kita merubah karakter orang
lain, lebih bijaksana lagi jika kita merubah karakter dan paradigma kita terlebih dahulu yang
bersifat negatif tentang makna ”sebulir beras”.
Apakah kita selama ini sadar akan perbuatan kita?
Perjuangan yang keras dialami oleh para petani, setetes bahkan bertetes-tetes keringat menjadi seolah
tak berharga, belum beberapa sisa harta yang keluar untuk membiayai tanaman padi untuk tumbuh
subur, jauh dari hama atau wereng.
Saat mendulang panen, dan saat itu pula petani mensukseskan munculnya “berbulir-bulir” padi di atas
batang yang seolah tak mampu untuk mengangkatnya sehingga tunduk, lesu dan siap untuk dipotong,
itu jauh lebih berat perjuangannya dibandingkan dengan perlakuan kita terhadap ”berbulir-bulir padi”
tersebut.
Kalau berbicara tentang mendulang panen memang bukan kepalang cerita yang diangkat, tetapi setelah
diterima di pasaran dengan harga yang lumayan (seakan-akan beras menjadi sebuah barang yang
murah) karena memang jumlahnya melimpah “saat panen” dibanding pengeluaran yang diperlukan
untuk mendulang panen.
Sekarang yang kita bicarakan bukan berhubungan dengan hal ini, tetapi kita berbicara tentang cara atau
perlakuan kita terhadap berbulir-bulir beras yang telah hadir dan menjumpai kita di dunia, banyak
sekali beras yang kemudian disulap menjadi nasi terbuang sia-sia, dan perlakuan tersebut seolah-olah
kita tidak pernah merasa berdosa setelah melakukan perbuatan itu.
Terlalu banyak warung, depot, atau lebih keren lagi jika contohnya adalah sebuah restoran dengan kelas
wahhh!, banyak para pengunjung (bisa dikatakan pada saat itu ”lapar” lagi butuh energi, sehingga harus
diisi dengan energi baru yang tersimpan dalam berbulir-bulir beras tersebut), termasuk disaat kita
makan di rumah.
Saat yang sama banyak diantara mereka hanya memakan sebagian nasi yang disajikan oleh
pemilik warung, sehingga yang sebagian lagi menjadi “rezeki” binatang-binatang yang memang pada
saat itu bernasib beruntung diberi pemilik warung.
Sekali-dua kali, sebulir dua bulir, sepiring dua piring, sekilo dua kilo, jika dikumpulkan satu sama lain
bisa sampai terkumpul beberapa kwintal bahkan berton-ton nasi yang terbuang sia-sia.
Itu baru satu warung, jika dikumpulkan sampai beberapa warung, beberapa depot, beberapa nasi
(berbulir-bulir beras) yang terbuang sia-sia, hal yang sama tentu juga dialami oleh restorant yang
berkelas wah!! Itu, termasuk nasi yang terbuang sia-sia di rumah.
Itu baru sehari, bagaimana jika sebulan, setahun, se-abad! (kalkulatorpun sudah tidak cukup
menyediakan angkanya jika dihitung secara “Al-Jabar” matematis)
Pembicaraan ini memang sangat menarik untuk didiskusikan, mengingat hal itu tidak dilakukan oleh
segelintir orang, tapi ratusan bahkan ribuan orang yang bisa dikatakan tidak menghargai “makna dari
kehadiran sebulir beras” (maaf saya menyebut seperti itu).
Saat kondangan di kampoeng para undangan enggan menghabiskan sepiring nasi yang telah
disuguhkan pemilik hajat (entah saat itu lapar atau kenyang, yang penting saat itu mereka banyak yang
tidak menghabiskan nasi yang disuguhkan), tidak tahu apa yang ada di benak orang-orang saat itu.
Apakah takut diberi gelar yang macam-macam?
Memang tajamnya lidah bagaikan tajamnya pedang yang bercabang, tapi apakah dari sebuah
gengsi itu kita telah mensia-siakan kehadiran berbulir-bulir beras yang telah sukses dihadirkan para
pemilik sawah, yang lebih heran lagi, mereka juga ikut berperan dalam tim sukses menghadirkan
berbulir-bulir beras dari sawah dengan memakan cukup waktu dan tenaga (yang bisa dibilang separuh
hidupnya “dari 24 jam yang ada” untuk bekerja di ladang/sawah) tetapi mereka juga yang telah mensiasiakan
kehadiran beras di dunia ini.
Hal ini mungkin saja agak wajar, pendidikan serta pengetahuan yang minim tentang perlakuan
pasca panen dari sebulir beras yang mereka kuasai.
Kita tengok saat adanya undangan perkawinan atau pesta besar yang disajikan dengan prasmanan,
dihadiri oleh para pejabat teras kabupaten atau propinsi bahkan skala nasional, yang datang bukan
orang biasa tetapi orang luar biasa yang punya pangkat dan jabatan serta mempunyai gelar akademik
yang sulit untuk diraih dari sebuah universitas atau institut, mereka itu mempunyai pemikiran yang
dasyat untuk perkembangan bangsa dan negara.
Tapi apa perlakuannya dengan “berbulir-bulir beras” tadi. Mereka sadar dan saat itu juga sengaja
mengambil aneka makanan yang disajikan oleh catering tetapi mereka dengan sadar dan sengaja pula
meletakkan seenaknya di bak sampah.
Perlakuan ini bagi sebagian orang sudah menjadi biasa bahkan tradisi dengan berbagai dalih
apapun, perbuatan tersebut tetap disalahkan.
Karena kita berbicara dalam konteks beras, dalam agama telah disebutkan “bahwa berkah sebuah
makanan terdapat pada semua nasi yang ada di piring (tempat apapun yang dipakai saat itu), mungkin
juga berkahnya itu terdapat di sebulir nasi yang ada di bulir penghabisan”.
Dalam tuntunan itu sudah jelas dan gamblang bahwa kita ditekankan untuk mengambil makanan
secukupnya, sesuai dengan kadar yang bisa ditampung oleh perut.
Seandainya sebulir beras itu bisa berbicara, mungkin dia akan bangga, tertawa terbahak-bahak atas
suksesnya dia muncul di planet ini.
Mereka telah membanggakan seseorang (petani) yang telah menyediakan lahan untuk tumbuh dan
berkembang, untuk kemudian dirawat, dipupuk, dijaga serta mengulitinya sehingga siap saji
mendampingi berbagai aneka hidangan.
Mereka (beras) bahkan akan bertambah bersyukur lagi karena dihadirkan oleh ALLAH SWT untuk
memuaskan makhluk-makhluk yang sempurna penciptaan-Nya di dunia ini.
Dengan bangga mereka akan sombong kepada makhluk-makhluk yang hidup di bumi (yang saat itu
menganggap padi menjadi makanan pokok) bahwa akulah yang membuatmu semakin berenergi,
bergairah kerja dan kuat menghadapi kerasnya kehidupan.
Dengan angkuh pula mereka berkata : “Bagaimana seandainya tidak ada aku di dunia ini, mungkin
saja kamu akan secepat mungkin kembali ke hadirat-Nya”.
Seiring dengan kebiasaan atau tradisi orang–orang yang hidup di sekitar kota ini “kalau tidak
makan nasi namanya bukan makan, meskipun sudah ngemil macam-macam seakan-akan kita wajib
a’in untuk makan sepiring nasi. Tetapi kenapa kita belum sadar akan kehadiran sebulir beras
dihadapan kita
Dan apa yang terjadi jika saat itu sebulir beras tersebut tidak kita makan, sama nasibnya pada diri kita
jika kita tidak berguna (min. tidak bisa membantu) bagi lingkungan kita, masyarakat, keluarga atau
orang-orang terkasih (misalnya : sanak saudara dan famili kita di rumah).
Atau lebih luas lagi, jika kita tidak berguna bagi bangsa, negara lebih-lebih pada Agama, kita hanya
bisa meratapi, menangis, bersedih dan lebih-lebih (maaf) melakukan hal-hal yang bisa diharamkan oleh
agama atau ditentang oleh adat yang berlaku.
Mungkin sama seperti itulah gambarannya jika sebulir beras yang telah mampir sebentar di dunia ini
kemudian terbuang dengan sia-sia yang seharusnya mampir untuk beberapa lama pada tubuh sehingga
menjadi daging, energi atau yang lain.
Tetapi banyak diantara kita tidak menghargai “makna dari kehadiran sebulir beras” tersebut.
Kembali ke pertanyaan awal bahwa, Mengapa Indonesia akan import beras?, Mengapa Indonesia
kekurangan beras?, Mengapa Harga beras yang beredar di kalangan masayarakat, mahal?,
Pertanyaan ini memang sungguh luar biasa!, ini siapa yang disalahkan?, seakan-akan ada beberapa
komponen elemen masyarakat telah melakukan kesalahan yang sangat fatal…!, sehingga berakibat
buruk bagi pendistribusian beras yang terjadi di lingkungan kita.
Lebih afdhol lagi kita menghindari saling tuduh, satu sama lain, kita coba untuk memperbaiki sifat dan
karakter yang berkembang dan mengakar pada tubuh kita.
Dengan adanya isu kelangkaan beras (bahkan sekarang sudah tidak menjadi isu lagi) dan harga
mahalnya beras dipasaran kita wajib bertanya-tanya dengan apa dan bagaimana kondisi yang terjadi
dengan bangsa kita, disamping beberapa bencana yang telah singgah di bumi pertiwi ini, dan
jawabannya berada di lubuk hati yang paling dalam pada diri saya dan anda semua.
Dan kita sangat berharap pihak pemerintah sebagai komponen utama tidak setengah-setengah dalam
penuntasan kasus ini, tentunya pemerintah juga mengharapkan dukungan dari masyarakat.
Bumi Indonesia telah mewariskan tanah yang subur sekali, dan sudah selayaknya kita mewariskannya
kepada generasi kita selanjutnya. (karena bukan kita penghuni tunggal bumi pertiwi ini tetapi masih
teramat banyak penerus kita yang akan lahir)
Bagaimana cara kita bersyukur! Anda semua lebih paham dan hafal untuk menterjemahkannya!.
Dan marilah sama-sama kita melestarikan dunia yang kita cintai ini.
Berikut ini macam-macam olahan nasi penduduk Indonesia:
1.nasi tumpeng
Tumpeng merupakan sajian nasi kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditempatkan dalam tampah
(nampan besar, bulat, dari anyaman bambu). Tumpeng merupakan tradisi sajian yang digunakan dalam
upacara, baik yang sifatnya kesedihan maupun gembira.
Tumpeng dalam ritual Jawa jenisnya ada bermacam-macam, antara lain : tumpeng sangga langit, Arga
Dumilah, Tumpeng Megono dan Tumpeng Robyong. Tumpeng sarat dengan symbol mengenai ajaran
makna hidup. Tumpeng robyong disering dipakai sebagai sarana upacara Slametan (Tasyakuran).
Tumpeng Robyong merupakan symbol keselamatan, kesuburan dan kesejahteraan. Tumpeng yang
menyerupai Gunung menggambarkan kemakmuran sejati. Air yang mengalir dari gunung akan
menghidupi tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan yang dibentuk ribyong disebut semi atau semen, yang
berarti hidup dan tumbuh berkembang.
Pada jaman dahulu, tumpeng selalu disajikan dari nasi putih. Nasi putih dan lauk-pauk dalam tumpeng
juga mempunyai arti simbolik, yaitu:
Nasi putih: berbentuk gunungan atau kerucut yang melambangkan tangan merapatmenyembah kepada
Tuhan. Juga, nasi putih melambangkan segala sesuatu yang kita makan, menjadi darah dan daging
haruslah dipilih dari sumber yang bersih atau halal. Bentuk gunungan ini juga bisa diartikan sebagai
harapan agar kesejahteraan hidup kita pun semakin “naik” dan “tinggi”.
Ayam: ayam jago (jantan) yang dimasak utuh ingkung dengan bumbu kuning/kunir dan diberi areh
(kaldu santan yang kental), merupakan symbol menyembah Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan
hati yang tenang (wening). Ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar (nge”reh”
rasa). Menyembelih ayam jago juga mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk (yang
dilambangkan oleh, red) ayam jago, antara lain: sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan
merasa tahu/menang/benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri.
Ikan Lele: dahulu lauk ikan yang digunakan adalah ikan lele bukan banding atau gurami atau lainnya.
Ikan lele tahan hidup di air yang tidak mengalir dan di dasar sungai. Hal tersebut merupakan symbol
ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah
sekalipun.
Ikan Teri / Gereh Pethek: Ikan teri/gereh pethek dapat digoreng dengan tepung atau tanpa tepung. Ikan
Teri dan Ikan Pethek hidup di laut dan selalu bergerombol yang menyimbolkan kebersamaan dan
kerukunan.
Telur: telur direbus pindang, bukan didadar atau mata sapi, dan disajikan utuh dengan kulitnya, jadi
tidak dipotong – sehingga untuk memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Hal tersebut
melambangkan bahwa semua tindakan kita harus direncanakan (dikupas), dikerjakan sesuai rencana
dan dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan.
Piwulang jawa mengajarkan “Tata, Titi, Titis dan Tatas”, yang berarti etos kerja yang baik adalah kerja
yang terencana, teliti, tepat perhitungan,dan diselesaikan dengan tuntas. Telur juga melambangkan
manusia diciptakan Tuhan dengan derajat (fitrah) yang sama, yang membedakan hanyalah ketakwaan
dan tingkah lakunya.
Sayuran dan urab-uraban: Sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, kacang panjang,
taoge, kluwih dengan bumbu sambal parutan kelapa atau urap. Sayuran-sayuran tersebut juga
mengandung symbol-simbol antara lain:
kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung, tercapai.
Bayam (bayem) berarti ayem tentrem,
taoge/cambah yang berarti tumbuh,
kacang panjang berarti pemikiran yang jauh ke depan/innovative,
brambang (bawang merah) yang melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang
baik buruknya,
cabe merah diujung tumpeng merupakan symbol dilah/api yang meberikan penerangan/tauladan yang
bermanfaat bagi orang lain.
Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya.
Bumbu urap berarti urip/hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga.
Pada jaman dahulu, sesepuh yang memimpin doa selamatan biasanya akan menguraikan terlebih
dahulu makna yang terkandung dalam sajian tumpeng. Dengan demikian para hadirin yang datang tahu
akan makna tumpeng dan memperoleh wedaran yang berupa ajaran hidup serta nasehat. Dalam
selamatan, nasi tumpeng kemudian dipotong dan diserahkan untuk orang tua atau yang “dituakan”
sebagai penghormatan. Setelah itu, nasi tumpeng disantap bersama-sama. Upacara potong tumpeng ini
melambangkan rasa syukur kepada Tuhan dan sekaligus ungkapan atau ajaran hidup mengenai
kebersamaan dan kerukunan.
Ada sesanti jawi yang tidak asing bagi kita yaitu: mangan ora mangan waton kumpul (makan tidak
makan yang penting kumpul). Hal ini tidak berarti meski serba kekurangan yang penting tetap
berkumpul dengan sanak saudara. Pengertian sesanti tersebut yang seharusnya adalah mengutamakan
semangat kebersamaan dalam rumah tangga, perlindungan orang tua terhadap anak-anaknya, dan
kecintaan kepada keluarga. Di mana pun orang berada, meski harus merantau, harus lah tetap
mengingat kepada keluarganya dan menjaga tali silaturahmi dengan sanak saudaranya.
Mungkin sebaiknya, adakan selamatan dan buatlah nasi tumpeng di Istana Negara, dan Bapak Presiden
dapat menguraikan terlebih dahulu makna yang terkandung dalam sajian tumpeng. Dengan demikian
para hadirin yang datang terutama para pejabat, tahu akan makna tumpeng dan memperoleh wedaran
yang berupa ajaran hidup serta nasehat.
Dari semua jenis kuliner khas Asia, ada satu masakan yang dari sejarahnya telah sedemikian
mengakar, yakni nasi goreng. Masakan yang dikalangan penggila kuliner disebut nasgor saja ini,
memiliki sejarah panjang. Masakan ini dipengaruhi kebiasaan di China sekitar 400 tahun sebelum
Masehi yang suka membuang nasi sisa hari sebelumnya. Nasi sisa tapi belum basi itu kemudian diolah
dengan mencampurkan aneka bumbu dan digoreng.
Sekarang nasgor bukan “hak prerogatif” masyarakat China, tapi telah menyebar ke seantero dunia,
terutama Asia. Di setiap negara yang konsumsi pokoknya nasi, nasgor bahkan telah menelusup dan
berpenetrasi dengan budaya kuliner setempat dimana dia hidup. Lihat saja di Indonesia, mulai dari kaki
lima hingga hotel berbintang, nasgor selalu ada. Maka jangan heran kalau nasgor sering mejeng bareng
menu ‘canggih’ macam steik atau barbeque di sebuah hotel mewah. Atau di warung kelas kaki lima di
pinggir jalan.
Nasi Goreng
Uniknya, meski nasi goreng mengalami aneka modifikasi dalam penyajiannya, sepanjang
bahannya nasi ditambah aneka bumbu dan digoreng, namanya tetap nasi goreng. Restoran di kota-kota
Belanda menyajikan menu ini dengan nama “Nasi Goreng” bukan dengan bahasa Belanda atau Inggris.
Nasgor juga jenis makanan yang demokratis, karena cocok-cocok saja dimakan kapan pun. Untuk
makan pagi, makan siang atau makan malam sepanjang disajikan hangat-hangat saat asapnya masih
mengepul.
Karena demokratisnya itu, semua orang boleh memodifikasinya. Jangan kaget kalau bermunculan
aneka jenis nasgor. Mulai dari yang tradisional seperti nasi goreng kambing, nasi goreng pete, atau nasi
goreng Jawa, atau nasi goreng ampela ati. Sampai nasi goreng ‘modern’ seperti nasi goreng strawberry,
nasi goreng nanas, nasi goreng gila, nasi goreng keju, nasi goreng sosis dan masih banyak lagi.
Bahkan kerapkali orang menyandingkan nasi goreng dengan menu ala western. Dalam resepsi atau
pesta yang sajiannya dalam bentuk prasmanan (self service) , banyak orang mengambil setangkup nasi
goreng, ditambah sepotong steik, sup kacang merah, lalu ditambah segelas jus. Rasanya? Cocok-cocok
aja tuh..
Ratih, yang aktif menulis tentang kuliner di blog pribadinya, mengatakan nasgor menjadi menu
pelarian, “Kalau sedang malas masak, terutama buat sarapan suami, nasgor jadi pelarian. Caranya kan
gampang. Tinggal tumis bawang merah dan cabai, diaduk sama nasi ditambah sedikit kecap dan garam.
Jadi nasgor, paling saya tambahin telor mata sapi.
Suami senang-senang saja.” katanya sembari tersenyum.
Bagi Ratih, dan mungkin kebanyakan orang di berbagai daerah, nasgor seakan menjadi entitas lokal. Ia
menyatu dalam keseharian. Meski sekali lagi seperti yang telah disebut di atas, sepanjang bahannya
nasi, bumbu dan digoreng, namanya ya.. nasi goreng dan tetap disukai.

Nasgor Centil
Sesuai dengan tempatnya hidup dan bekembang, nasgor banyak mengalami modifikasi.
Baik soal rasa maupun bahan pelengkapnya. Nasi goreng Jawa rasanya lebih manis. Rasa manis
itu biasanya berasal dari kecap yang diberi agak banyak. Nasgor ala Jawa Timur-an rasanya
sedikit lebih pedas dan sering ditambah sambal petis sebagai pelengkap. Di Padang, nasgor juga
dibuat dengan rasa agak pedas ditambah aneka sayuran seperti toge dan sawi yang disiwir-siwir.
Yang paling masif dan tentu menggambarkan pluralitas penikmatnya, adalah di kawasan Jakarta. Boleh
dibilang malah, Jakarta adalah surganya pecinta nasgor. Barangkali Cuma menu nasgor saja demikian
mendiaspora di pelosok-pelosok. Mulai dari warung kaki lima di perempatan lampu merah, kedai atau
kafe sampai restoran kelas atas.
Oleh karena beragam dan pluralitasnya warga Jakarta itulah, nasgor pun tersedia dengan aneka
macam gaya. Gaya lama identk dengan nasgor biasa yang dijual pedagang nasgor keliling atau kaki
lima. Sementara nasgor gaya baru umumnya lebih ‘centil’ yakni ditambah pelengkap seperti strawberry
atau nanas. Bagaimana mungkin rasa buah-buahan bisa menyatu dalam nasgor? Bisa saja..karena
ternyata bukan rasa buah itu yang berusaha menyatu, melainkan rasa nasgornya yang seolah ‘membuka
diri’. Jadi perpaduan keduanya menghasilkan rasa baru yang lebih menggigit. Dan tentu saja Maknyus!
Banyak ‘kecentilan’ lain yang ditawarkan nasgor di berbagai restoran atau warung makan. Sekarang
tentu tak sulit mencari nasgor sosis, nasgor seafood, nasgor keju, atau nasgor ‘awut-awut’. Nah yang
disebut terakhir ini bisa dibilang nasgor eksperimen, karena pembuatnya bereksperimen
mencampurkan aneka bahan seperti potongan bakso, sosis, ampela ati, daun sawi yang kemudian di
awut-awut bersama nasgor. Rasanya? Bener-bener semrawut! Tapi ueenak…
Nasgor memang disukai aneka kalangan, mulai dari kalangan bawah sampai yang berdasi. Tak heran
kalau sampai Presiden Barack Obama saat menelepon presiden SBY bilang, “ Saya kangen nasi
goreng…!”
SUMBER
http://www.kabarinews.com/article.cfm?articleID=32728
Sumber http://hmcahyo.wordpress.com/2009/05/01/opini-makna-kehadiran-sebulir-beras/
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3149454

NPM : 11110819
NAMA:deriansyah